CerpenKehidupan Rabu, 05 Desember 2018. Rupanya nasib kita sama, kita sama-sama kehilangan orang-orang yang kita cintai aku turut bersedih dengan kejadian yang Ibu alami." Adlan berkata kepada Ibu Rita. ia ingin membuatkan sarapan untuk anak angkatnya yang semakin hari semakin disayang olehnya. Walaupun dirumah ini beliau mempunyai Ditatapnyalelaki yang wajahnya sudah mulai tampak keriput sedang duduk melamun sambil memegang foto wanita yang amat dicintainya. Athar mengelus dada rasa sakit kembali menghampirinya begitu pedihnya ditinggalkan orang yang disayang. "Mungkin sebaiknya aku jangan nganggu papa dulu," pikir Athar dan berlalu dari kamar Dirgantara. Adapun Habil kerana perasaannya yang halus dan perasaan kasih sayangnya, diserahi oleh Adam untuk memelihara binatang ternak, iaitu kambing dan lembu yang dapat merasakan haus dan lapar, sakit dan senang, sebab itu perlu disayang, dicintai, harus diurus oleh manusia yang mempunyai perasaan halus dan rasa kasih sayang. Tanyamak teh sambil menuangkan saki baki air teh ke dalam cawan lina. Lina diam. Namun bibirnya terukir senyuman. " Eh budak ni orang Tanya dia senyum-senyum pula" marah mak teh. Suka sangat lina mengusiknya. " Assalamualaikum.." terdengar suara pak cik nordin. Baru pulang dari kebun gayanya. Dibelakang mereka berdua, diam-diam aku mengusap sudut mata yang sejak tadi basah. "Adek, Abi kan lagi berjuang biar bisa bareng-bareng kita lagi. Adek harus sabar. Orang sabar itu disayang Tuhan. Iya, 'kan, Abi?" "Seratus buat Abang. Abi tutup dulu, ya, udah masuk waktu Asar. Buat Nissa, jangan sedih, nanti kita pasti ketemu lagi. CerpenAgus Noor (Kompas, 23 Juli 2017) Ada yang tak disampaikan ketika ia masuk penjara: mesti menyiapkan banyak lelucon. Setidaknya makin disayang para sipir penjara, kata Mas Unas, mantan ketua sebuah partai. Mas Unas tetap merasa dirinya hanya dikorbankan. "Saya tak bersalah. Terbukti saya tidak menerima satu rupiah pun, sebab yang . Ilustrasi Puisi Kehilangan Seseorang yang Disayang, Foto Unsplash/Daniel Kehilangan Seseorang yang Disayang Ilustrasi Puisi Kehilangan Seseorang yang Disayang, Foto Unsplash/Andrew mataku terus mengalir ketika aku ingin melupakannyaSakit rasanya tuk kuperjuangkan demi satu nama di hatiBiarkanlah dia pergi tuk tersenyumMungkin dengan ituAku bisa merasakan kebahagiaan dirinyaWalau sakit kurasaKehilangan orang yang dicintaiBagaikan jari yang terluka goresan pisauApalagi bila kita mempunyai sebuah kenangan dengan dirinyaMaka hanya air mata dan hatiYang bisa merasakan kenangannyaSaat terakhirku melihatmuAku terpakuKetika kau mengembuskan napas terakhirAku seakan berada di antara mimpi dan kenyataan yang sungguh tak kuinginkanKehilangan orang yang kucintaiKetika kumulai menyadari kenyataanAku menagis seakan dunia tak lagi milikkuDan mungkin akan berakhir hingga aku pulang ke pangkuan-NyaPucat pasiWajahku tertundukLesu menatap lantaiBercat putih putih hijauSepenggal angananMembuka tirai ceritaLewat langkah waktuYang terus berlaluSamar-samarBegitu jelas mengulasHitungan detikHingga napasku belum sempat terembusTerngiang tembangBelum padam dari bibir mungilmuHangat membekas di telingaMenumpuk, menyatu deru angin"Ku akan terbang tinggiMelintasi awan dan megaDi atas bentangan nusaMengejar lengkungan pelangiTak berharap kukembali"Dan, hitungan waktuMenciptakan telah ciptakanTetes embun dukaMemandikan mawar merahYang belum sempat layuDi atas pusaraKuletakkan bunga terakhirSisa perpisahan tadiDengan luka jiwa dukaLangit bergemuruh bergema seakan mau runtuhMengoyak-ngoyak relung sanubariMencabik-cabik batinSuaranya masih berdentang hebatLuka dalam perih teriris-irisMengejan rasa pijar sakit yang tak terperiMelumat memendam kesumat asmaraTercerabut dari titik pesakitanPudar rasa tersiram rasa tak sampaiJauh menjauh merangkul sepiDingin sesak meratapi pergiTinggalkan nestapa duka lara di hatiTangis isak merangkai hariMemeluk kenangan sejuta mimpiHancur sirna dihempas patah hatiLukanya menganga di relung hati Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 1942Krringg kringg..Telepon rumah berbunyi membangunkan Dina yang sedang tertidur lelap dan bermimpi indah. Dina yang masih mengantuk memaksa dirinya untuk beranjak dari sofa di ruang tengah."Halo, ini siapa ya?," tanya Dina yang masih setengah bangun. "Din, ini Ayah. Kamu sudah makan?" "Belum Yah, ada apa? Ayah sendiri sudah makan?""Ohh belum.. Nanti Ayah pulang bawa makan ya, Din. Tidak perlu mengkhawatirkan Ayah.""Baik Yah, hati-hati di sana.""Iya, Din. Terima kasih." "Sama-sama, Ayah."Dina sebenarnya sudah sangat lapar, tetapi nyatanya tidak ada makanan sedikitpun di rumahnya. Ia harus menunggu Ayahnya untuk Dina merupakan seseorang yang bekerja keras untuk membiayai keluarganya. Ayahnya bekerja di bawah pimpinan tentara dan pemerintahan Jepang. Sebenarnya Ayahnya tidak diperlakukan dengan baik, tetapi Ia menyembunyikannya dari anak dan istrinya. Ia tidak ingin anak dan istrinya panik dan khawatir. Dia bertahan agar bisa memberi makan dan membiayai kehidupan anak serta hari ini sedang libur sekolah. Kerjaannya hari ini di rumah hanya mengerjakan PR. Di sekolahnya, ia selalu ceria dan bermain dengan teman-temannya. Sekarang sudah larut malam dan sebentar lagi ayahnya akan tok tokk..Suara ketukan pintu yang menarik perhatian Dina. Dina segera berlari menuju pintu dan membuka pintu."Ayahhh!! Aku senang sekali Ayah sudah pulang.""Hai Dina.. Ini Ayah bawakan makanan.""Makasih Ayah. Ayo, kita makan bersama-sama.""Iya, Din. Ayah bersih-bersih dulu, ya. Jangan lupa panggilkan Ibumu.""Baik, Ayah."Ayah Dina sudah pulang dengan muka yang lesu dan banyak lebam di tubuhnya. Dina yang melihatnya pun bertanya-tanya apa yang terjadi dengan ayahnya. Apakah ayahnya terjatuh? Atau ayahnya bertengkar dengan seseorang? "Mungkin lebih baik aku tanya ayah nanti saja setelah makan malam," pikir Dina merupakan seseorang yang cantik dan juga masih terlihat muda. Sayangnya, ia sekarang sedang terbaring lemah di kamarnya dikarenakan penyakit asma dan demam yang menyerangnya. Ia harus banyak beristirahat karena asmanya akan kambuh jika ia terlalu banyak bergerak atau bekerja. Pusing yang dialaminya juga sangat akhirnya berkumpul bersama di meja makan dan makan bersama. Dina berusaha untuk memulai percakapan, "Ayah, tadi aku lihat, tangan Ayah banyak lebamnya. Ayah kenapa? Apakah Ayah bertengkar dengan seseorang? Atau Ayah terjatuh?""Mmm.. kalau soal itu, Ayah baik-baik saja kok, Din. Tidak usah memikirkan soal Ayah, itu hanya terbentur saja.""Terbentur? Hmm.. baiklah Ayah.""Sudah, ayo kita lanjut makan lagi.""Terbentur? Mana mungkin seseorang bisa terbentur dengan lebam sebanyak itu di tubuhnya? Lebih baik aku percaya saja dengan Ayah," kata Dina dalam mereka menyelesaikan makan malam, Dina membersihkan meja makan dan mencuci piring. Sedangkan Ayahnya mengantarkan Ibunya kembali ke kamar. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Ibu Dina."Jadi sebenarnya, Ayah ini bekerja di bawah tentara Jepang yang kejam, Bu. Ayah selalu dibentak dan diperlakukan tidak baik. Ayah tetap berjuang di sana karena mereka tetap memberikan Ayah uang.""Astaga Ayah.. Kenapa Ayah tidak pergi saja? Kita bisa mencari uang dari pekerjaan lain.""Tidak apa, Bu. Ayah masih bisa bertahan demi kalian," kata Ayah Dina sambil tersenyum yang lalu menyelimuti istrinya dan pergi tanpa mengatakan apapun hari, Dina merawat Ibunya dengan tekun dikarenakan sakitnya yang bertambah parah. Pusing yang dialaminya semakin parah dan tak kunjung hilang. Nyatanya, ini dikarenakan karena Ibunya pernah dipukul kepalanya oleh tentara Jepang ketika sedang pergi ke luar rumah sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan otak. Ibunya tidak pernah memberi tahu Dina karena Ia tidak ingin Dina harinya, Dina pergi ke sekolah seperti biasa. Dina melakukan senam setiap pagi disekolahnya yang dinamakan 'Taiso' dan juga mengucapkan sumpah setia kepada Kaisar Jepang. Di sekolah, Ia diajarkan Bahasa Indonesia dan Jepang, Ideologi Jepang yaitu Ideologi Hakko Ichi serta kebudayaan Jepang. Segalanya mengenai Jepang. Ia diperintahkan untuk menanam, mengumpulkan batu dan pasir yang merupakan kepentingan perang, dan lain-lain. Ia sebenarnya juga lelah, naming tidak bisa melakukan akhirnya pulang untuk bertemu dengan Ibunya. Ketika Ia membuka pintu kamar, Ibunya tidak ada. Ia mencari ke seluruh sudut rumah, tetapi tetap saja Ia tidak bisa menemukan Ibunya. Ia segera ke luar rumah untuk bertanya kepada orang-orang. Tidak satupun orang yang Ia tanya melihat Ibunya. Ia sebenarnya sangat ingin mencari Ibunya, tetapi Ibu dan Ayahnya pernah berkata kalau Ia tidak boleh pergi jauh dari rumah selain ke sekolah. Jika Ia sudah pulang sekolah, Ia harus langsung pulang dan tak boleh kemana-mana. Dina sangat khawatir. Dina setia menunggu Ibunya untuk berjam-jam, tidak ada tanda-tanda Ibunya pulang. Ia sangat sedih dan memutuskan untuk menunggu Ayahnya dan memberitahunya. Akhirnya, Ayah Dina pulang. "Ayahhh!! Ibu hilang, Yah. Ibu tidak ada di kamarnya dari tadi siang. Aku sudah bertanya ke orang-orang, tetapi tidak ada satupun yang melihat Ibu. Aku khawatir, Yah.""Iya iya, Din. Kamu tenang dulu. Ayah cari Ibu sekarang. Kamu tunggu di sini. Jangan kemana-mana." Jantungnya berdegup kencang. Ia tahu, ada sesuatu yang tidak beres. Dengan menahan sakit yang Ia rasakan akibat siksaan Jepang, Ia berlari mencari istrinya namun tidak ada hasil. Ia pulang dengan bersedih dan memberi tahu Dina."Maaf, Din. Ayah tidak bisa menemukan Ibu. Kita lebih baik menunggu.""Tapi Yah..""Sudah-sudah.. Kamu lebih baik tidur.""Baik, Yah. Tolong temukan Ibu secepatnya."Malam berlalu. Matahari menggantikan bulan. Dina dengan hati yang bersedih tetap berangkat ke sekolah. Ayahnya sudah tidak ada di rumah. Setelah pulang sekolah, Ia menunggu Ayahnya. Sampai tengah malam, Ayahnya tidak juga pulang. Ya, lagi-lagi seseoang yang berharga di hidupnya tidak pulang. Ia sangat sedih dan panik. Ia segera mencari Ayahnya. Tidak ada, tidak ada berganti hari, kedua orang tuanya tak kunjung pulang. Dina harus menerima kenyataan bahwa Ia harus hidup sendiri. Sampai saat ini, Ia tidak mengetahui keberadaan orang tuanya dan mengapa meraka tidak pulang. Sebenarnya, Ayahnya sudah meninggal karena siksaan Jepang. Selama ini, ternyata Ayahnya merupakan pekerja 'Romusha'. Pada hari itu, Ayahnya memberontak kepada Jepang karena Ia tahu Jepang yang menculik istrinya. Istrinya diculik dan dilecehkan. Pada akhirnya, mereka berdua dibunuh. Ya, dibunuh. Mereka tidak akan kembali lagi dan Dina harus menerima kenyataan tersebut. Kebahagiaan yang dimiliki oleh Dina telah bagaimana kejamnya Jepang dengan kegiatan 'Romusha'nya. Bahkan, anak-anak pun dimanfaatkan untuk kepentingan perang di sekolah. Bersyukurlah karena sekarang kita bisa bersekolah dengan bebas dan orang tua kita bisa bekerja dengan bebas. 1 2 3 4 Lihat Cerpen Selengkapnya Jika orang yang kita cintai dicuri dari kita, cara agar mereka tetap hidup adalah dengan tidak pernah berhenti mencintai mereka – The Crow, ditulis oleh James O’Barr, David J. Schow, dan John Shirley, 1994 KEHILANGAN Kau tau, hampir semua orang pernah kehilangan. Ada yang kehilangan sebagian tubuhnya, kehilangan kasih sayang orang tua, kehilangan pekerjaan, kehilangan benda-benda berharga, kehilangan sahabat maupun kekasih. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang dialami orang lain mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif kurang atau lebih, karena semua yang namanya kehilangan itu menyakitkan. Elsya Aulia mahasiswa yang merantau dari Bogor ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada UGM mengambil jurusan Geologi. Tidak ada yang spesial dari kehidupannya. Elsya hanya perempuan biasa, parasnya cantik, kulitnya putih, tingginya 165 cm, Elsya tak suka make up layaknya perempuan seusianya, Elsya lebih suka traveling dan photography. Pergi minum kopi sebelum berangkat kuliah adalah kebiasaan Elsya, duduk di meja no 8 dan mulai menikmati secangkir kopi hangat. Kala itu, bersama takdir yang sangat baik. Elsya dipertemukan dengan seorang pria, pria itu menghampirinya dengan penuh senyuman, seolah-olah telah mengenali Elsya begitu lama. Elsya tak pernah mengenalinya. "Siapa pria ini? Apa dia mengenaliku? Kenapa dia tersenyum padaku?" Elsya bingung. "Apa saya boleh duduk bersamamu?" tanya pria itu. "Boleh" jawabku singkat. Elsya buru-buru menghabiskan kopi pesanannya. Sial!! kopinya masih panas. "Bodo amat, yang penting bisa cepat-cepat pergi" cetusnya dalam hati. "Masih panas jangan diminum, kasian bibirmu" ujar pria itu sambil menyingkirkan kopi itu dari mulutnya. "Tak usah buru-buru, saya tidak akan melakukan macam-macam padamu" sahutnya lagi. Elsya hanya diam dan melihatnya geram. 5 menit berlalu tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut pria itu, Elsya pun masih tetap diam sambil menunggu kopinya agar tidak sepanas tadi. "Elsya" ujar pria itu. Elsya terkejut kenapa pria itu tau namanya. "Elsya Aulia kan?" sahutnya lagi. "Ah ternyata memang benar" ucapnya sambil senyum dan mulai menyeruput kopi hangatnya. "Kenapa kamu tau namaku?" "apa kita pernah bertemu sebelumnya?" "apa kita pernah saling mengenal?" Saking penasarannya, banyak sekali pertanyaan yang ditanyakan oleh Elsya. Pria itu malah tersenyum dan memandang Elsya cukup lama. Padahal Elsya sangat menunggu jawaban itu. "Kita dulu pernah satu sekolah. Kamu mungkin tidak ingat, tapi saya ingat karena dari dulu saya menyukaimu hingga sekarang. Maaf telah membuatmu terkejut hari ini, tapi ini sungguhan. Saya tidak pernah menyukai perempuan lain selain dirimu Elsya" ucapnya panjang lebar. Pernyataan pria ini makin membuat Elsya kebingungan. Elsya tak mengenali sosok pria yang ada di depannya ini, Elsya mencoba mengingatnya tapi percuma Elsya tak mengingat apapun, apalagi memori tentang pria yang ada di depannya. Elsya terlihat kebingungan. "Elsya dulu waktu SMA kita pernah satu sekolah, kita memang tak pernah satu kelas, tpi dulu kamu pernah membantuku." ujar pria itu. "Membantu apa?" tanya Elsya. "Saat itu tanganku berdarah, aku pergi ke UKS tapi tidak ada yang bersedia membantu, tapi kamu dengan ikhlas mau membantuku, padahal kamu bukan penjaga UKS hari itu. Kamu baik, kamu cantik, kamu pintar, aku suka" Jelasnya. Saat itu juga Elsya ingat "Ohh iya, aku mengingatnya, waktu itu kamu nangis sambil pegang tangan kamu yang berdarah" sahut Elsya semangat. "Hahaha iya itu dulu Elsya, namaku Reza Pradana" memperkenalkan diri. " Namaku Elsya Aulia, kamu sudah tau sebelumnya" jawab Elsya. Kala itu Elsya dan Reza menjadi teman baik. Bertukar cerita tentang traveling, photography serta bisnis. Elsya dan Reza sering bertemu di sela-sela kuliah, menghabiskan waktu berdua di hari weekend. Banyak yang dilakukan hari itu, makan bareng, nonton film bareng, dan pergi ke tempat-tempat yang cukup unik. Layaknya dua insan yang sedang kasmaran, kemana-mana selalu barengan, satu hari tak bertemu pun sudah rindu haha. Elsya tak menyangka kalau dirinya telah jatuh pada Reza. Karena terbiasa berteman,bertemu,berbagi suka duka dan menjadi pendengar yang baik, kemudian rasa suka itu ada karena Elsya percaya, Reza adalah sosok yang luar biasa. Sosok yang selama ini Elsya cari. "Reza aku menyukaimu" suaranya lembut. Begitulah takdir, kalau memang saatnya, ada saja cara yang Tuhan berikan. Aku beruntung bisa bertemu dengan sosok pria yang baik, mau mengerti, tak egois, namun tegas. Reza mungkinkah kamu pria yang di janjikan Tuhan untuk menjagaku, mendampingiku, menuntunku ke jalan yang lebih benar? Aku berharap "iya". Elsya dan Reza menjalankan hubungan ini begitu santai, namun yakin akan sampai pada tujuan. Terlebih lagi kedua orang tua mereka menyetujui hubungan ini. Mereka merasa dunia sedang berpihak pada mereka. Indah sekali. Tidak pernah rasanya tidak jatuh cinta padanya setiap hari. Reza berbeda dengan pria yang lainnya. Ada saja setiap harinya yang membuatku tidak bosan mencintainya. Reza aku harap kamu selamanya seperti ini. 'Tidak ada yang lebih indah selain dua orang yang bertemu karena saling menemukan, sama-sama berhenti karena telah selesai mencari, tak ada yang pergi sebab tahu sulitnya mencari' Inilah yang selalu aku dan reza tanamkan. Hingga suatu hari di dalam perasaan yang semakin yakin tentang sebuah pilihan masa depan. Aku dan Reza mulai membahas tentang pernikahan, mulai dari biaya pernikahan yang harus di tabung, rumah yang harus dicicil dan usaha yang harus dibangun. Pernah suatu hari Elsya bermimpi tentang Reza. Reza meninggalkannya tanpa sepatah katapun, Elsya mulai khawatir akan mimpinya, Elsya takut ini akan terjadi. Namun, Reza selalu meyakinkannya. Bahwa dia tidak akan berkhianat ataupun meninggalkan Elsya. Reza selalu meyakinkannya dengan hal-hal yang sederhana yang bisa dia lakukan. Tapi entahlah, semakin Reza menunjukannya, Elsya semakin merasa takut kehilangan. Sampailah pada waktu kami jarang bertemu. Kami sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tapi kami juga masih memberi kabar setiap hari. Kami mengerti satu sama lain, kami paham betul dengan kesibukan kami masing-masing. Kami hanya bertemu melalui video call setiap harinya. Hingga akhirnya Reza memberiku sebuah trip ke Banyuwangi, sebagai pelepas lelah dan penat pada saat itu. Bahagianya punya seseorang yang sangat mengerti. Tuhan terima kasih telah menghadirkanya untukku. Aku merasa menjadi salah satu wanita yang beruntung di dunia ini. Satu minggu sebelum pergi ke Banyuwangi. Reza memintaku untuk menemaninya nonton pertandingan bola di GBK, sedikit dipaksa karena aku memang tak begitu suka menonton bola. Tapi demi Reza aku nonton bola untuk yang pertama kalinya. Waktu terus berjalan, hingga hampir tiba saatnya pergi liburan ke Banyuwangi, anehnya perasaan ini tidak yakin ingin pergi, rasanya takut. Entah apa yang di takuti, tapi tetap saja rasanya takut. Reza meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apapun, semuanya akan berujung indah. Sebelum berangkat liburan, aku dan Reza berbelanja kebutuhan dulu untuk keperluan kita nanti di sana. Aku dan Reza berbelanja makanan, baju, dan kebutuhan lainnya. Sampailah di detik-detik aku dan Reza pergi liburan bersama. Aku dan Reza telah bertekad bertemu langsung di bandara. Di jam WIB aku sampai di Terminal 2 Soeta dan menunggu kedatangannya. Jam dia memberiku kabar "iya sayang, bentar lagi aku sampai, tunggu aku". Kemudian hilang, aku masih mencoba tenang, karena aku berfikir dia pasti mampir ke Mushola untuk menunaikan solat subuh. Mencoba tenang dan yakin dia akan sampai sebentar lagi. Itu yang selalu aku fikirkan. Jam aku gelisah tidak karuan, "kemana Reza kenapa belum sampai?" Ucapnya. Aku merasakan hal yang tidak baik, hati ini semakin gelisah, handphonenya tidak aktif sulit di hubungi. Aku mulai mencarinya ke semua orang. "Reza kamu dimana" sambil menahan tangis. Saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berlari, menangis, dan berteriak. Setelah 6 jam tak kunjung menemukan kabar tentang Reza. Aku pun pasrah, hampir menyerah. Hingga akhirnya, aku mendapat kabar bahwa Reza telah mengalami kecelakaan saat menuju bandara. Langsung seketika hati ini rubuh seakan-akan tersambar petir yang dahsyat. Mencoba mengendalikan diri, menguatkan hati dan pikiran. Aku yakin Reza baik-baik saja. Aku menemui Reza di Rumah sakit, aku yakin dia pasti ada di IGD tapi ternyata... Ruang jenazah yang dingin, dibalut kain putih, sekujur tubuh yang kaku, suasana yang sunyi, Reza kini ada di sana. Sesak rasanya, seperti ada lubang besar yang tiba-tiba terbuka dalam diri ini. Ingin sekali berteriak, tapi sesak. Sakit Ya Tuhan. Hancur lebur. Seperti tersambar petir disaat cuaca sedang baik-baik saja, seperti bunga yang di petik ketika mekar, seperti jantung yang diambil secara paksa. Sesak rasanya melihat dia pergi untuk selama-lamanya. "Ya tuhan, apa salahku?" "Mengapa begitu cepat kau ambil bahagiaku?" "Kembalikan dia Ya Tuhan" Hingga akhirnya aku melihat dia, memandanginya begitu lama dan berbisik "Kenapa pergi disaat belum menepati janji? Yuk ikut aku pulang, aku sudah jemput kamu, tapi kamu bangun dulu ya?" "Ayo bangun Reza". Aku terus memohon, padahal aku tau sampai kapan pun Reza tidak akan bangun kembali. Hari itu aku melihat wajahnya yang indah. Tampan sekali. Aku akan menemanimu sampai tubuhmu ditutupi tanah sayang. Aku akan menemanimu hingga akhir sebelum besoknya aku menjadi orang gila karena kehilanganmu. Di hari kedua tanpamu, sakit rasanya menyadari bahwa kamu tidak akan pernah kembali di sampingku, hidup ini mendadak berubah tanpamu Reza. Banyak pertanyaanku yang belum kamu jawab. Aku kehilangan arah tanpamu Reza. Tidak ada yang baik-baik saja. Dari dua hati yang pernah bahagia bersama, lalu berpisah karena berbagai hal mau tak mau harus diterima. Berbulan-bulan aku masih bergelut dengan takdir, menanyakan ketidakadilan yang terjadi. Tapi aku sadar semuanya tidak akan kembali seperti dulu. Reza pasti marah melihatku yang rapuh seperti ini, Reza tau aku wanita yang kuat. Sampailah pada waktu aku bisa merelakan tapi belum sampai tahap mengikhlaskan. Aku mulai mencoba mengikhlaskan dia. Aku mencoba tersenyum bahagia. Reza pasti sudah tenang di sana. Aku tidak boleh sedih lagi. Masih ada masa depan yang harus diperjuangkan, banyak masa depan cerah yang sedang menunggu untuk digapai. Terima kasih untuk kamu yang pernah membagi kisah denganku, berbagi canda dan tawa di setiap waktu, hal itu yang selalu membuatku mengingat sosokmu lagi. Bahkan sampai saat ini pun aku merasa kamu masih ada di dunia ini. Tuhan mentakdirkan kita sesingkat ini Reza. Tapi, aku tetap bersyukur karena telah mengenalmu. Kita tak lagi di beri kesempatan untuk saling bertemu lagi. Aku, kamu bisa apa. Jika kala itu takdir Tuhan telah memanggilmu untuk pergi selamanya, meninggalkanku, orangtuamu, sahabatmu, dari dunia yang fana ini. Rasanya sedih sekali bahwa hatiku masih tertuju padamu yang pasti tidak akan pernah menemuiku lagi. Aku senang menjadi wanita yang menemani di akhir hidupnya. Reza sosok yang luar biasa bagiku, selalu ingin menjadi yang terbaik dalam setiap hal yang bisa dia lakukan. Aku akan tetap menjalankan hidup tanpamu Reza. Terima kasih telah memilihku kala itu, ternyata aku cukup kuat kehilanganmu. Tuhan selalu punya alasan terhadap hal apapun yang terjadi. Termasuk antara kau dan aku. Ini mungkin yang dikatakan bahagia sesungguhnya, bahagia ketika terlepas dari hal yang selama ini menyesakan dada dan membuat terpuruk terus menerus. Akhirnya aku menemukan jalan damai itu, berdamai dengan masa lalu dan diri sendiri. Semua orang akan pergi, hanya saja waktunya yang berbeda. Reza sudah bahagia disana. Tempatnya insyaalloh indah. Terima kasih telah membuat cerita hidup sehebat ini. Al-fatihah. Kehilangan seseorang yang disayangi, tentu membuat kamu sedih. Siapa pun itu, bisa orangtua, kekasih, sahabat, guru, hingga penjual mi ayam sekalipun. Ketika kita memiliki rasa sayang terhadap mereka, rasanya sulit sekali jika mereka harus hilang dari hidup menangis, namun ingat jangan tenggelam dalam kesedihan terlalu lama. Kehilangan orang yang disayang memang selalu menyedihkan. Tetapi jangan pernah lupa untuk tetap tegar. Beberapa alasan di bawah ini harus kamu resapi mengapa tegar itu perlu saat kita harus kehilangan orang yang Membuatmu mengerti bahwa kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti dalam tidak ada yang abadi di dunia ini. Hidup, kesedihan, hingga kebahagiaan, tidak ada yang abadi di dalamnya. Ketika orang-orang yang kamu sayangi menghilang dan pergi, satu yang kamu harus tahu bahwa kamu harus tegar dan dengan ketegaran itu, kamu akan sadar bahwa ternyata bahagia itu tidak ada yang indah dengan orang yang paling kamu sayang memang akan membekas dalam saat kamu harus kehilangannya. Tetapi memori itu juga akan menyadarkanmu bahwa sekali lagi, segala yang ada di dunia itu tidak ada yang Pertanda bahwa kamu bisa berdamai dengan kenyataanUnsplash/Sean KongDengan tegarnya dirimu ketika harus kehilangan orang yang disayang. Itu membuktikan bahwa kamu bisa berdamai dengan kenyataan. Tegarnya dirimu penting membuatmu berpijak pada kenyataan bahwa hidup harus terus berlanjut. Tidak ada gunanya menangisi dan sedih terus menerus ketika pada akhirnya kita tahu bahwa kehilangan orang yang disayang adalah kenyataan yang tidak bisa diubah. Berdamailah dengan kenyataan dan lanjutkan Menjadi pengingat bahwa kehilangan tidak melulu tentang kesedihan tapi ada proses pembelajaran di dirimu ketika kehilangan orang yang disayang sedikit demi sedikit akan membuka berbagai titik buta yang jarang kamu sadari. Kamu akan belajar banyak tentang arti kehilangan, rasa sayang, bagaimana bersikap tegar hingga bagaimana cara terus melanjutkan hidup saat hati sedang hancur kehilangan orang yang disayang. Banyaknya pelajaran saat kamu bersikap tegar pastinya sangat bermanfaat untuk emosional dan psikismu. Baca Juga Memandang Cinta, Perempuan Dewasa Vs Belum Dewasa Punya 7 Perbedaan 4. Menjadi pribadi yang lebih kuatunsplash/ freestocksTidak ada perjalanan hidup manusia yang tidak ada ujiannya. Selalu ada jalan bergelombang dan berkerikil. Salah satu ujiannya yaitu ketika kamu harus kehilangan orang yang disayang. Ujian tersebut pastilah menyakitkan. Tetapi itu sangat diperlukan untuk dirimu. Ujian yang akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih kuat ujian yang akan membuatmu paham bahwa sedih saja tidak cukup saat harus kehilangan orang yang disayang. Tetapi ada sebuah sikap bernama tegar yang harus terus dipupuk untuk bisa terus menjalani ujian Terlatih untuk ikhlas atas apa yang telah ditakdirkan TuhanUnsplash/Anthony FominSikap tegar saat kehilangan orang yang disayang sama dengan berlatih untuk ikhlas terhadap ketetapan Tuhan. Ikhlas adalah soal bagaimana kamu menghargai takdir yang telah Tuhan berikan. Tegar dan ikhlas adalah kombinasi penting bahwa walau telah kehilangan orang yang disayang, kamu tidak kehilangan jati dirimu. Teruslah bahagia dan lanjutkan orang yang disayang jangan sampai membuatmu hancur dan tidak bisa bangkit lagi. Sebaliknya kamu harus sadar bahwa di titik tersebut kamu harus jauh lebih ini pertama kali ditulis oleh M. Farid Hermawan di IDN Times Community dengan judul 5 Alasan Kamu Harus Tegar Saat Kehilangan Orang yang Disayang Baca Juga Bersyukurlah Setiap Bangun Tidur, dan Rasakan 9 Keajaiban Ini

cerpen kehilangan orang yang disayang